Jagung adalah komoditi penting hasil pertanian setelah tanaman padi, peranan
jagung sangat besar bagi budidaya peternakan unggas, maupun ternak berkaki 4,
sebagai sumber makanan bergizi yang di perlukan dalam industri pakan ternak,
karena produktifitas Jagung nasional masih rendah maka import jagung menjadi
pilihan, ditambah lokasi penanaman jagung yang tersebar di luar pulau Jawa, dan
Pabrik pakan ternak masih terpusat di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera,
menyebabkan biaya tranportasi pengangkutan jagung menjadi mahal dan sulit
bersaing dengan jagung import, sementara bila bicara kualitas maka jagung lokal
lebih baik dari jagung import.
Pola tanam jagung selama ini sudah di tentukan
oleh produsen benih jagung hibrida maupun non hibrida, sehingga untuk
meningkatkan produksi masih sangat sulit, ditambah factor kebiasaan petani
menanam jagungi tidak dengan pola intensif, mereka masih mengharapkan hujan
sebagai sumber air ,masih tradisional, sehingga produktifitas nya masih rendah,
sedangkan bila saya pelajari masih bisa dibuat pola tanam yang lebih rapat,
sehingga populasi tanaman jagung bisa lebih banyak dalam 1 hektar penanaman,
jarak tanam biasa adalah 70cm x 40 cm dengan 2 biji perlubang tanam, menjadi
35.000 pohon x 2 biji = 70.000 pohon, itu kalau semua tumbuh, biasa yang tumbuh
80% sehingga populasinya menjadi 56.000 pohon per hektar, dalam perjalanan nya
banyak pohon yang terkena hama, kekurangan air, dan banyak factor lain, kita
anggap saja hilang lagi 20%, maka sisa tanaman yang produktif menjadi 44.800
pohon, bila yang di tanam benih menghasilkan 2 tongkol jagung, maka dapat
dihasilkan 89.600 tongkol itupun biasanya hanya 60% yang bertongkol 2 ( biasa
petani menanam benih 1 tongkol ) anggaplah 89.600 tongkol dengan berat
pertongkol pipilan jagung 80 gr maka hasil yang di dapatkan petani adalah 7.168
kg / hektar, nah itu kalau mulus, biasanya petani mendapatkan hasil panen di
bawah itu, sehingga sebagai seorang innovator saya tergerak untuk membuat
inovasi pola tanam rapat.
Pola tanam rapat 110 cm x 12,5 cm ( double row ) x 1
benih perlubang tanam = 144.000 pohon, dimana benih jagung sebelum di tanam
saya sortir dulu, dengan cara di rendam air yang sudah diberi inovasi
bioteknologi sebanyak 5 ml per 30 kg benih jagung selama 2 jam, bila benih
jagung mengambang, maka benih tersebut akan di singkirkan ( dimusnahkan dengan
di bakar karena sudah mengandung fungisida yang sudah di berikan oleh produsen
benih untuk menghindari penyakit bulai ) karena bisa di buang secara
sembarangan akan berbahaya bagi ayam kampung yang memakannya, setelah
perlakukan maka benih jagung sudah siap di tanam, saya lampirkan photo
penunjang artikel ini ,agar kompasioner bisa mengikutinya.
Umur tanaman jagung
1 minggu setelah tanam
Dengan pola tanam rapat maka kebutuhan akan pupuk juga
meningkat, saya memakai pupuk hijau dari Gulma Enceng Gondok sebagai penutup
lubang tanam saat benih di tanam, kebutuhan 600 kg ( pupuk buatan sendiri ),
sehingga kebutuhan makanan untuk benih bertumbuh tercukupi, pupuk kimia susulan
saya biasakan diberikan umur 21 hari dan 56 hari setelah tanam, dengan masing
masing pupuk majemuk 2 gr per pohon per aplikasi ( dibutuhkan total 600 kg
pupuk campuran NPK + Urea ), pengairan dilakukan setiap minggu dimusim panas,
dan diberikan secara dibanjiri dengan pompa alkon, aplikasi Bioteknologi di
berikan setiap 2 minggu sekali sebanyak 50 ml / hektar sebanyak 4 kali 1 musin
tanam.
Pengairan dengan cara pompa air dari sumber air dengan pipa bongkar
pasang.
Hasilnya bisa dilihat tanaman jagung tumbuh subur, batang besar dan
daun lebar, sehingga bisa menghasilkan panen jagung pipil yang tinggi.
Batang
tanaman besar dan terlihat terawat baik
Pola tanam jagung rapat, jarak tanam
110 cm x 12,5 cm ( Double row )= 144.000 pohon
Alasan menanam jagung populasi
rapat, adalah waktu dan luas lahan tetap sama, yang berbeda adalah benih, pupik
dan pekerjaan nya lebih banyak, tetapi tetap menarik untuk di lakukan secara masal,
pola intensif harus di lakukan sehingga tanaman Jagung terawat baik dan enak
untuk di pandang, bahkan jadi baground untuk photo-photo.
Mba Lula Kamal
berphoto saat berkunjung ke kebun jagung
Setelah 100 hari panen jagung
dihasilkan sebanyak 14,7 ton / hektar ,jagung pipilan panen dengan kadar air
25%, secara matematis bisa di hitung 144.000 pohon x 80% ( populasi yang tumbuh
) x 2 tongkol x 80 gr per tongkol = 18.432 kg , saat panen banyak yang
berkurang dan itu hal biasa, sehingga yang terhitung sebanyak 14,7 ton / hektar
adalah panen tertinggi yang saya dapatkan, biaya yang di keluarkan menjadi
sepadan, kami menanam sebanyak 8 hektar.
Kong Atong adalah innovator penanaman
jagung terpadat, beliau sudah bertani sejak muda, usianya sudah lebih dari 70 tahun,
tetapi tetap sehat dan kuat bekerja, inovasinya menjadi bahan percontohan bagi
petani di sekitarnya.
Tulisan ini sekedar ingin berbagi cerita tentang
pengalaman saya menanam jagung berkolaborasi dengan Kong Atong sebagai teknikal
dan saya sebagai inovator teknologinya, dengan kolaborasi ini menghasilkan pola
tanam yang menarik untuk di duplikasi, tentunya untuk kesejahteraan petani dan
meningkatkan produktifitas tanaman jagung per hektarnya, tanpa perlu menambah
areal penanaman ,tekonologi ini sudah diujicoba di Sulawesi bagian Utara,
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Karawang, Bandung sampai Merauke.
agung adalah komoditi
penting hasil pertanian setelah tanaman padi, peranan jagung sangat
besar bagi budidaya peternakan unggas, maupun ternak berkaki 4, sebagai
sumber makanan bergizi yang di perlukan dalam industri pakan ternak,
karena produktifitas Jagung nasional masih rendah maka import jagung
menjadi pilihan, ditambah lokasi penanaman jagung yang tersebar di luar
pulau Jawa, dan Pabrik pakan ternak masih terpusat di Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera, menyebabkan biaya tranportasi pengangkutan jagung
menjadi mahal dan sulit bersaing dengan jagung import, sementara bila
bicara kualitas maka jagung lokal lebih baik dari jagung import.
Pola tanam jagung selama ini sudah di tentukan oleh produsen benih
jagung hibrida maupun non hibrida, sehingga untuk meningkatkan produksi
masih sangat sulit, ditambah factor kebiasaan petani menanam jagungi
tidak dengan pola intensif, mereka masih mengharapkan hujan sebagai
sumber air ,masih tradisional, sehingga produktifitas nya masih rendah,
sedangkan bila saya pelajari masih bisa dibuat pola tanam yang lebih
rapat, sehingga populasi tanaman jagung bisa lebih banyak dalam 1 hektar
penanaman, jarak tanam biasa adalah 70cm x 40 cm dengan 2 biji
perlubang tanam, menjadi 35.000 pohon x 2 biji = 70.000 pohon, itu kalau
semua tumbuh, biasa yang tumbuh 80% sehingga populasinya menjadi 56.000
pohon per hektar, dalam perjalanan nya banyak pohon yang terkena hama,
kekurangan air, dan banyak factor lain, kita anggap saja hilang lagi
20%, maka sisa tanaman yang produktif menjadi 44.800 pohon, bila yang di
tanam benih menghasilkan 2 tongkol jagung, maka dapat dihasilkan 89.600
tongkol itupun biasanya hanya 60% yang bertongkol 2 ( biasa petani
menanam benih 1 tongkol ) anggaplah 89.600 tongkol dengan berat
pertongkol pipilan jagung 80 gr maka hasil yang di dapatkan petani
adalah 7.168 kg / hektar, nah itu kalau mulus, biasanya petani
mendapatkan hasil panen di bawah itu, sehingga sebagai seorang innovator
saya tergerak untuk membuat inovasi pola tanam rapat.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/davebekam/inovasi-tanam-jagung-rapat-menghasilkan-produksi-tinggi_560a68054523bd2d1443bd4bBagian 1
Jagung adalah komoditi penting hasil pertanian setelah tanaman padi, peranan
jagung sangat besar bagi budidaya peternakan unggas, maupun ternak berkaki 4,
sebagai sumber makanan bergizi yang di perlukan dalam industri pakan ternak,
karena produktifitas Jagung nasional masih rendah maka import jagung menjadi
pilihan, ditambah lokasi penanaman jagung yang tersebar di luar pulau Jawa, dan
Pabrik pakan ternak masih terpusat di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera,
menyebabkan biaya tranportasi pengangkutan jagung menjadi mahal dan sulit
bersaing dengan jagung import, sementara bila bicara kualitas maka jagung lokal
lebih baik dari jagung import. Pola tanam jagung selama ini sudah di tentukan
oleh produsen benih jagung hibrida maupun non hibrida, sehingga untuk
meningkatkan produksi masih sangat sulit, ditambah factor kebiasaan petani
menanam jagungi tidak dengan pola intensif, mereka masih mengharapkan hujan
sebagai sumber air ,masih tradisional, sehingga produktifitas nya masih rendah,
sedangkan bila saya pelajari masih bisa dibuat pola tanam yang lebih rapat,
sehingga populasi tanaman jagung bisa lebih banyak dalam 1 hektar penanaman,
jarak tanam biasa adalah 70cm x 40 cm dengan 2 biji perlubang tanam, menjadi
35.000 pohon x 2 biji = 70.000 pohon, itu kalau semua tumbuh, biasa yang tumbuh
80% sehingga populasinya menjadi 56.000 pohon per hektar, dalam perjalanan nya
banyak pohon yang terkena hama, kekurangan air, dan banyak factor lain, kita
anggap saja hilang lagi 20%, maka sisa tanaman yang produktif menjadi 44.800
pohon, bila yang di tanam benih menghasilkan 2 tongkol jagung, maka dapat
dihasilkan 89.600 tongkol itupun biasanya hanya 60% yang bertongkol 2 ( biasa
petani menanam benih 1 tongkol ) anggaplah 89.600 tongkol dengan berat
pertongkol pipilan jagung 80 gr maka hasil yang di dapatkan petani adalah 7.168
kg / hektar, nah itu kalau mulus, biasanya petani mendapatkan hasil panen di
bawah itu, sehingga sebagai seorang innovator saya tergerak untuk membuat
inovasi pola tanam rapat. Pola tanam rapat 110 cm x 12,5 cm ( double row ) x 1
benih perlubang tanam = 144.000 pohon, dimana benih jagung sebelum di tanam
saya sortir dulu, dengan cara di rendam air yang sudah diberi inovasi
bioteknologi sebanyak 5 ml per 30 kg benih jagung selama 2 jam, bila benih
jagung mengambang, maka benih tersebut akan di singkirkan ( dimusnahkan dengan
di bakar karena sudah mengandung fungisida yang sudah di berikan oleh produsen
benih untuk menghindari penyakit bulai ) karena bisa di buang secara
sembarangan akan berbahaya bagi ayam kampung yang memakannya, setelah
perlakukan maka benih jagung sudah siap di tanam, saya lampirkan photo
penunjang artikel ini ,agar kompasioner bisa mengikutinya. Umur tanaman jagung
1 minggu setelah tanam Dengan pola tanam rapat maka kebutuhan akan pupuk juga
meningkat, saya memakai pupuk hijau dari Gulma Enceng Gondok sebagai penutup
lubang tanam saat benih di tanam, kebutuhan 600 kg ( pupuk buatan sendiri ),
sehingga kebutuhan makanan untuk benih bertumbuh tercukupi, pupuk kimia susulan
saya biasakan diberikan umur 21 hari dan 56 hari setelah tanam, dengan masing
masing pupuk majemuk 2 gr per pohon per aplikasi ( dibutuhkan total 600 kg
pupuk campuran NPK + Urea ), pengairan dilakukan setiap minggu dimusim panas,
dan diberikan secara dibanjiri dengan pompa alkon, aplikasi Bioteknologi di
berikan setiap 2 minggu sekali sebanyak 50 ml / hektar sebanyak 4 kali 1 musin
tanam. Pengairan dengan cara pompa air dari sumber air dengan pipa bongkar
pasang. Hasilnya bisa dilihat tanaman jagung tumbuh subur, batang besar dan
daun lebar, sehingga bisa menghasilkan panen jagung pipil yang tinggi. Batang
tanaman besar dan terlihat terawat baik Pola tanam jagung rapat, jarak tanam
110 cm x 12,5 cm ( Double row )= 144.000 pohon Alasan menanam jagung populasi
rapat, adalah waktu dan luas lahan tetap sama, yang berbeda adalah benih, pupik
dan pekerjaan nya lebih banyak, tetapi tetap menarik untuk di lakukan secara masal,
pola intensif harus di lakukan sehingga tanaman Jagung terawat baik dan enak
untuk di pandang, bahkan jadi baground untuk photo-photo. Mba Lula Kamal
berphoto saat berkunjung ke kebun jagung Setelah 100 hari panen jagung
dihasilkan sebanyak 14,7 ton / hektar ,jagung pipilan panen dengan kadar air
25%, secara matematis bisa di hitung 144.000 pohon x 80% ( populasi yang tumbuh
) x 2 tongkol x 80 gr per tongkol = 18.432 kg , saat panen banyak yang
berkurang dan itu hal biasa, sehingga yang terhitung sebanyak 14,7 ton / hektar
adalah panen tertinggi yang saya dapatkan, biaya yang di keluarkan menjadi
sepadan, kami menanam sebanyak 8 hektar. Kong Atong adalah innovator penanaman
jagung terpadat, beliau sudah bertani sejak muda, usianya sudah lebih dari 70 tahun,
tetapi tetap sehat dan kuat bekerja, inovasinya menjadi bahan percontohan bagi
petani di sekitarnya. Tulisan ini sekedar ingin berbagi cerita tentang
pengalaman saya menanam jagung berkolaborasi dengan Kong Atong sebagai teknikal
dan saya sebagai inovator teknologinya, dengan kolaborasi ini menghasilkan pola
tanam yang menarik untuk di duplikasi, tentunya untuk kesejahteraan petani dan
meningkatkan produktifitas tanaman jagung per hektarnya, tanpa perlu menambah
areal penanaman ,tekonologi ini sudah diujicoba di Sulawesi bagian Utara,
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Karawang, Bandung sampai Merauke.
Jagung adalah komoditi
penting hasil pertanian setelah tanaman padi, peranan jagung sangat
besar bagi budidaya peternakan unggas, maupun ternak berkaki 4, sebagai
sumber makanan bergizi yang di perlukan dalam industri pakan ternak,
karena produktifitas Jagung nasional masih rendah maka import jagung
menjadi pilihan, ditambah lokasi penanaman jagung yang tersebar di luar
pulau Jawa, dan Pabrik pakan ternak masih terpusat di Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera, menyebabkan biaya tranportasi pengangkutan jagung
menjadi mahal dan sulit bersaing dengan jagung import, sementara bila
bicara kualitas maka jagung lokal lebih baik dari jagung import.
Pola tanam jagung selama ini sudah di tentukan oleh produsen benih
jagung hibrida maupun non hibrida, sehingga untuk meningkatkan produksi
masih sangat sulit, ditambah factor kebiasaan petani menanam jagungi
tidak dengan pola intensif, mereka masih mengharapkan hujan sebagai
sumber air ,masih tradisional, sehingga produktifitas nya masih rendah,
sedangkan bila saya pelajari masih bisa dibuat pola tanam yang lebih
rapat, sehingga populasi tanaman jagung bisa lebih banyak dalam 1 hektar
penanaman, jarak tanam biasa adalah 70cm x 40 cm dengan 2 biji
perlubang tanam, menjadi 35.000 pohon x 2 biji = 70.000 pohon, itu kalau
semua tumbuh, biasa yang tumbuh 80% sehingga populasinya menjadi 56.000
pohon per hektar, dalam perjalanan nya banyak pohon yang terkena hama,
kekurangan air, dan banyak factor lain, kita anggap saja hilang lagi
20%, maka sisa tanaman yang produktif menjadi 44.800 pohon, bila yang di
tanam benih menghasilkan 2 tongkol jagung, maka dapat dihasilkan 89.600
tongkol itupun biasanya hanya 60% yang bertongkol 2 ( biasa petani
menanam benih 1 tongkol ) anggaplah 89.600 tongkol dengan berat
pertongkol pipilan jagung 80 gr maka hasil yang di dapatkan petani
adalah 7.168 kg / hektar, nah itu kalau mulus, biasanya petani
mendapatkan hasil panen di bawah itu, sehingga sebagai seorang innovator
saya tergerak untuk membuat inovasi pola tanam rapat.
Pola tanam rapat 110 cm x 12,5 cm ( double row ) x 1 benih perlubang
tanam = 144.000 pohon, dimana benih jagung sebelum di tanam saya sortir
dulu, dengan cara di rendam air yang sudah diberi inovasi bioteknologi
sebanyak 5 ml per 30 kg benih jagung selama 2 jam, bila benih jagung
mengambang, maka benih tersebut akan di singkirkan ( dimusnahkan dengan
di bakar karena sudah mengandung fungisida yang sudah di berikan oleh
produsen benih untuk menghindari penyakit bulai ) karena bisa di buang
secara sembarangan akan berbahaya bagi ayam kampung yang memakannya,
setelah perlakukan maka benih jagung sudah siap di tanam, saya lampirkan
photo penunjang artikel ini ,agar kompasioner bisa mengikutinya.
Umur tanaman jagung 1 minggu setelah tanam
Dengan pola tanam rapat maka kebutuhan akan pupuk juga meningkat, saya
memakai pupuk hijau dari Gulma Enceng Gondok sebagai penutup lubang
tanam saat benih di tanam, kebutuhan 600 kg ( pupuk buatan sendiri ),
sehingga kebutuhan makanan untuk benih bertumbuh tercukupi, pupuk kimia
susulan saya biasakan diberikan umur 21 hari dan 56 hari setelah tanam,
dengan masing masing pupuk majemuk 2 gr per pohon per aplikasi (
dibutuhkan total 600 kg pupuk campuran NPK + Urea ), pengairan dilakukan
setiap minggu dimusim panas, dan diberikan secara dibanjiri dengan
pompa alkon, aplikasi Bioteknologi di berikan setiap 2 minggu sekali
sebanyak 50 ml / hektar sebanyak 4 kali 1 musin tanam.
Pengairan dengan cara pompa air dari sumber air dengan pipa bongkar
pasang.
Hasilnya bisa dilihat tanaman jagung tumbuh subur, batang besar dan daun
lebar, sehingga bisa menghasilkan panen jagung pipil yang tinggi.
Batang tanaman besar dan terlihat terawat baik
Pola tanam jagung rapat, jarak tanam 110 cm x 12,5 cm ( Double row
)= 144.000 pohon
Alasan menanam jagung populasi rapat, adalah waktu dan luas lahan tetap
sama, yang berbeda adalah benih, pupik dan pekerjaan nya lebih banyak,
tetapi tetap menarik untuk di lakukan secara masal, pola intensif harus
di lakukan sehingga tanaman Jagung terawat baik dan enak untuk di
pandang, bahkan jadi baground untuk photo-photo.
Mba Lula Kamal berphoto saat berkunjung ke kebun jagung
Setelah 100 hari panen jagung dihasilkan sebanyak 14,7 ton / hektar
,jagung pipilan panen dengan kadar air 25%, secara matematis bisa di
hitung 144.000 pohon x 80% ( populasi yang tumbuh ) x 2 tongkol x 80 gr
per tongkol = 18.432 kg , saat panen banyak yang berkurang dan itu hal
biasa, sehingga yang terhitung sebanyak 14,7 ton / hektar adalah panen
tertinggi yang saya dapatkan, biaya yang di keluarkan menjadi sepadan,
kami menanam sebanyak 8 hektar.
Kong Atong adalah innovator penanaman jagung terpadat, beliau sudah
bertani sejak muda, usianya sudah lebih dari 70 tahun, tetapi tetap
sehat dan kuat bekerja, inovasinya menjadi bahan percontohan bagi petani
di sekitarnya.
Tulisan ini sekedar ingin berbagi cerita tentang
pengalaman saya menanam jagung berkolaborasi dengan Kong Atong sebagai
teknikal dan saya sebagai inovator teknologinya, dengan kolaborasi ini
menghasilkan pola tanam yang menarik untuk di duplikasi, tentunya untuk
kesejahteraan petani dan meningkatkan produktifitas tanaman jagung per
hektarnya, tanpa perlu menambah areal penanaman ,tekonologi ini sudah
diujicoba di Sulawesi bagian Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Utara,
Karawang, Bandung sampai Merauke.
Saya akan tulis pengalaman saya ber inovasi secara berseri, saya harap
pengalaman ini bermanfaat bagi pembaca, salam inovasi
Selengkapnya :
file:///C:/Users/Win%208/Documents/New%20folder/Inovasi%20Tanam%20Jagung%20Rapat,%20Menghasilkan%20Produksi%20Tinggi%20-%20KOMPASIANA.com.htm